Komunikasi Depan Umum
Berbicara
didepan publik/umum merupakan kegiatan yang pada dasarnya dilakukan dalam
rangka komunikasi. Pembicara memiliki ide yang dapat berupa pengetahuan,
pengalaman, cita-cita, keinginan, perasaan, dan sebagainya itu akan disampaikan
kepada publik. Bagaimana cara menyampaikannya?
Pembicara
menyajikan idenya mempergunakan kode, tanda atau lambing. Kode utama yang
diperlukan pembicara adalah bahasa. Bahasa yang disusun begitu rupa untuk untuk
menyampaikan ide ini biasa disebut wacana. Karena pembicara ingin menyampaikan
idenya secara langsung kepada publiknya. Wujud wacananya adalah wacana lisan.
Publik mendengarkan wacana lisan pembicara serta menyaksikan ekspresi wajah,
gerak anggota tubuh, dan penampilan pembicara.publik aktif menafsirkan ide yang
ingin disampaikan pembicara dengan mempergunakan wacana lisan dan seluruh
ekspresinya itu.
Apa tujuan utama orang berbicara di depan umum? Tujuan
orang berbicara didepan umum adalah agar umum memiliki ide seperti yang
dimiliki pembicara. Dengan kata lain, tercipta kebersamaan dalam ide. Pembicara
dan publik sama-sama memiliki ide yang sama.
Untuk memulai berbicara didepan forum umum, ada 4 faktor
yang harus dimiliki oleh seorang pembicara , yaitu :
Percaya
Diri, jika seorang pembicara tidak percaya diri maka akan sulit baginya untuk
menyampaikan ide dan gagasan yang ada didalam pikirannya. Hal ini disebabkan
hatinya sudah diliputi rasa grogi,malu atau takut sehingga bingung harus
menyampaikan apa dan tidak tahu dari manakah untuk memulai presentasinya.
Kejelasan
Suara, gunakan suara yang dapat didengar jelas oleh audien (pendengar). Volume
suara cukup sedang2 saja dan jangan menggunakan istilah2 yang sulit dimengerti
oleh audien karena tingkat pengetahuan dari masing2 audien tidak sama.
Penggunaan istilah2 umum mungkin akan sangat membantu para audien memahami apa
yang kita sampaikan.
Ekspresi/Gerak
Mimik, seorang pembicara juga merupakan seorang aktor dihadapan audiennya.
Penggunaan ekspresi yang tepat sesuai tema pembicaraan kita akan dapat membuat
audien menjadi lebih semangat untuk mengikuti setiap detil pembicaraan kita dan
terhindar dari kantuk akibat kebosanan melihat cara berbicara kita.
Kelancaran
Komunikasi, agar audien dapat menangkap maksud penyampaian pembicara maka cara
menyampaikan haruslah lancar dan terunut dengan baik.
Kiat-kiat
berbicara di depan umum:
Menguasai
medan dan mengetahui siapa calon pendengar terlebih dahulu sehingga dapat
menyusun strategi agar mereka dapat antusias sewaktu kita mulai berbicara.
Gunakan
tema pembicaraan yang sesuai dengan tingkat kemampuan daya tangkap
pendengar/audien sehingga mereka tidak menjadi bosan dan kemudian mengabaikan
pembicaraan kita. Audien cenderung bosan dan mengobrol atau mengantuk ketika
pembicara menyampaikan materi yang tidak bisa ditangkapnya.
Menggunakan
pilihan kosakata yang mudah dimengerti dan dipahami oleh pendengar agar tidak
terjadi salah komunikasi.
Jika
terjadi gangguan psikologis, sebaiknya alihkan perhatian kita dengan cara
memegang sesuatu atau menggunakan media sehingga rasa stress/kuatir dapat kita
alirkan ke media tersebut sehingga tidak mengganggu konsentrasi sewaktu
berbicara.
Berani
memulai berbicara dan berusahalah mencari celah untuk menarik antusiaisme
audien guna menghidupkan suasana komunikasi kita.
Sebagai
pembicara kita harus tenang untuk menghindari alur berpikir yang
melompat-lompat / cerita yang tidak runtut sehingga dapat membuat pembicaraan
kita terlihat tidak tentu arahnya.
Beri
penekanan pada topik yang menjadi tujuan kegiatan berbicara tersebut dengan
cara menyampaikan suatu kalimat secara berulang-2 secara tepat sehingga tidak
terkesan mendikte audien.
Siap
Sebelum Bicara
Ada 6 hal yang perlu dipersiapkan dalam berbicara efektif,
yaitu: mengapa, siapa, di mana, kapan, apa dan bagaimana.
1.
Mengapa: Menetapkan Sasaran
Hal pertama yang harus jelas dalam pikiran Anda sebagai pembicara
adalah menetapkan sasaran pembicaraan. Penetapan sasaran sangat membantu dalam
menentukan arah pembicaraan dan juga bermanfaat dalam memilih bahan yang sesuai
dengan sasaran. Pada umumnya sasaran pembicaraan dapat dikelompokkan
berdasarkan tujuan, misalnya presentasi tugas, memimpin rapat, mengisi kajian,
dan sebagainya.
2.
Siapa: Pendengar
Meneliti apa dan siapa pendengar dapat membantu dalam
menetapkan bahan yang akan disampaikan dan meyakinkan diri Anda bahwa Anda
menyampaikan bahan pembicaraan kepada pendengar yang tepat.
Hal
yang perlu diketahui dari sidang pendengar antara lain :
Berapa
banyak orang yang hadir?
Mengapa
mereka hadir di ruang tersebut?
Bagaimana
tingkat pengetahuan yang mereka miliki atas topik pembicaraan?
Apa
harapan mereka atas topik pembicaraan?
Bagaimana
usia, pendidikan, dan jenis kelamin mereka?
3.
Di Mana: Tempat dan Sarana
Penting bagi Anda untuk mengetahui dan memperhatikan tempat
pembicaraan akan dilaksanakan.
Berikut
ini beberapa hal yang perlu menjadi perhatian bagi pembicara :
Melakukan
praktek : Apabila pembicaraan dilaksanakan pada ruang yang besar dan luas,
maka akan lebih baik untuk mencoba suara terlebih dahulu, sebelum betul-betul
berbicara di depan sidang pendengar.
Mempelajari
sarana yang tersedia : Sangat bermanfaat, bila Anda lebih dahulu melakukan
latihan untuk dapat mengoperasikan tombol-tombol lampu, slide projector, dan
OHP (Over Head Projector).
Meneliti
gangguan yang mungkin timbul : Anda perlu mewaspadai gangguan yang mungkin
timbul, misalnya pembicaraan dilakukan dekat jalan raya sehingga suaramu harus
dapat mengalahkan suara kendaraan yang lewat.
Tata
letak tempat duduk : Tata letak tempat duduk perlu diperhatikan, diatur,
dipersiapkan, dan dikaitkan dengan sasaran pembicaraan.
4.
Kapan: Waktu
Berapa lama waktu yang diperlukan dalam pembicaraan? Anda
perlu memperhatikan manajemen waktu.
Waktu
penyelenggaraan sangat mempengaruhi : Biasanya, waktu sesudah makan siang
dikenal sebagai waktu ‘kuburan’. Pendengar yang sudah makan kenyang, apalagi
jika makanan yang disajikan enak rasanya, akan membuat pendengar lebih tertarik
untuk ‘berngantuk ria’ daripada mendengarkan pembicaraan.
Berapa
lama waktu yang digunakan : Anda perlu memperhatikan waktu, misalnya waktu
untuk pembahasan, waktu istirahat, atau waktu tanya jawab. Agar punya manajemen
waktu yang baik, maka perlu latihan terlebih dulu.
Masalah
konsentrasi : Sangat sulit bagi pendengar untuk berkonsentrasi penuh
selama lebih dari 2 jam. Apalagi bila mereka merasa bahwa pembicaraan Anda
tidak menarik, tidak bermanfaat, dan tidak berminat. Umumnya seseorang dapat
berkonsentrasi penuh pada 20 menit di awal pembicaraan, setelah itu konsentrasi
akan menurun sedikit demi sedikit.
5.
Apa: Bahan yang Akan Digunakan
Agar sasaran pembicaraan dapat dicapai, maka persiapan
bahan perlu dilakukan. Berikut ini beberapa saran dalam pemilihan bahan:
Menyusun
dan memilih bahan
Gunakan
contoh
Membuka
dan menutup pembicaraan
Membuat
catatan-catatan apa yang ingin dibicarakan.
6.
Bagaimana: Teknik Penyampaian
Penggunaan kata merupakan basis komunikasi, tetapi dalam
kenyataannya keberhasilan dalam pembicaraan tidak hanya ditentukan dari
penggunaan kata saja, tetapi justru penggunaan nonkata. Bicara di depan umum
yang berhasil seharusnya memenuhi persentase kontribusi sebagai berikut :
7%:
penggunaan kata
38%:
penggunaan nada dan suara
55%:
penggunaan ekspresi muka, bahasa tubuh, dan gerakan tubuh
1.
Pemilihan kata
Kata-kata yang digunakan sebaiknya disesuaikan dengan taraf
pendengar, begitu juga penggunaan istilah. Sadari bahwa penggunaan kata-kata
yang tidak tepat akan menimbulkan masalah.
2.
Teknik penyampaian berita
Tidak banyak orang yang mampu menyampaikan berita dengan
efektif. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyampaikan berita, antara
lain:
Gunakan
ekspresi dan intonasi yang tepat.
Diam
sejenak untuk membantu peserta agar dapat mencerna materi yang sudah
diterima.
Bicara
dengan jelas dan teratur.
Bicara
dengan volume memadai.
3.
Bahasa tubuh
Di samping penyampaian dengan menggunakan kata, maka
kesuksesan dalam pembicaraan justru bergantung pada hal yang non kata, seperti:
gerakan tubuh, tangan, kontak mata, cara berdiri, dan ekspresi muka. Jangan
terpaku di satu tempat seperti patung atau sibuk membaca catatan.
Berikut
ini beberapa saran untuk mengatasi masalah tersebut, antara lain :
Tatap
mata pendengar -> Kontak mata pembicara adalah vital untuk mengetahui
apakah pendengar mengantuk, bosan, tidak paham, atau nampak tidak tertarik
serta untuk mempertahankan minat pendengar atas apa yang Anda sampaikan.
Senyum
-> Manfaat dari tersenyum adalah mengendorkan ketegangan.
Hindari
membuat jarak -> Anda perlu mendekatkan diri dengan pendengar. Kalau
Anda bicara di depan kelas yang pesertanya duduk, Anda bisa jalan-jalan di
antara meja mereka. Berdiri di belakang meja atau di belakang papan tulis akan
menciptakan jarak dengan pendengar.
Berdirilah
yang tegak tapi tidak kaku -> Berdiri tegak dan kaku, dapat menciptakan
ketegangan.
Sadari
kecenderungan untuk jadi pusat perhatian -> Ini tidak berarti pembicara
harus berdiri dengan kaku, tapi gerakan-gerakan tangan perlu ada untuk yang
ingin disampaikan. Hindari berlebihan menggunakan gerakan, hindari juga
mengulang kata-kata yang sama.
Berusahalah
sewajar mungkin -> Agar bisa bertingkah laku secara wajar, berhentilah
untuk mencemaskan diri sendiri. Cara yang efektif untuk bisa menjadi wajar
adalah dengan latihan bicara di depan kamera sehingga pembicara dapat melihat
diri sendiri atau bicara di depan teman-teman.
Meningkatkan
Kualitas
Banyak
cara yang dapat digunakan dalam rangka menghidupkan suasana pembicaraan,
apalagi bila waktu bicara cukup panjang. Beberapa cara yang dapat Anda gunakan
antara lain:
1.
Partisipasi sidang pendengar
2.
Sesi untuk tanya jawab
3.
Antusiasme
4.
Situasi yang menyenangkan
5.
Pendengar yang ‘sulit’
6.
Gunakan alat bantu
Hambatan
dalam komunikasi di depan umum
a)
Tipe kelinci
Persoalan
diri sendiri yang pertama-tama harus didobrak adalah bersikap seperti kelinci,
yaitu menolak kesempatan untuk tampil. Kelinci akan lari sebelum berhadapan
dengan musuhnya. Jika tidak mendobrak sikap ini, rasa takut akan terus menghantui.
Tidak berani menampilkan diri dengan berbagai dalih tidak mengatasi persoalan,
justru member persoalan.
b)
Belum terbiasa
Jika
rasa takut teratasi dan telah tampil didepan umum, masalah berikutnya
membiasakan diri tampil depan umum. Tampil lagi, tampil lagi, tampil lagi, dan
tampil kesekian kalinya akan membebaskan dari rasa takut. Selanjutnya akan
merasa tenang dan aman.
c)
Kurang persiapan
Secakap
apapun seorang pembicara, jika kurang persiapannya jangan diharapakan dia
tampil optimal. Sebaliknya, seorang pemula yang menyiapkan diri secara
sungguh-sungguh penampilannya akan berhasil.
d)
Kondisi tidak sehat
Pembicara
amatir biasanya tidak menjaga kesehatan dirinya. Apa yang terjadi? Sewaktu akan
tampil bisa jatuh sakit. Dia bisa tidak jadi tampil. Jelas ini tidak
professional. Seorang pembicara harus memelihara kesehatan dirinya: badannya,
jiwanya, dan pribadinya secara utuh. Agar badan sehat orang perlu makan cukup,
istirahat, tidur dan berolahraga teratur.
e)
Motivasi tidak kuat
Berkali-kali
tampil , tetapi tanpa motivasi yang kuat tidak akan banyak hasilnya. Apalagi
tampil seperti anak domba yang diseret ke kandang. Asal melaksanakan tugas.
Berhasil atau tidak, tidaklah penting. Yang penting perintah dilaksanakan.
Seorang pembicara memerlukan motivasi. Ada banyak motivasi yang dapat mendorong
seseorang tampil sebagai pembicara, namun tidak semua motivasi itu kuat.
Beberapa motivasi tersebut antara lain: menarik perhatian, mencari nama,
memperebut kedudukan, mencari uang, dan sebagainya. Sedangkan motivasi yang
sehat dan tahak uji antara lain cinata sesama, cinta nusa dan bangsa, dan cinta
kepada tuhan. Pembicara yang tampil dengan motivasi yang kuat pada umumnya akan
bekerja dengan sungguh-sungguh dan tidak putus asa apabila gagal.
f)
Menyia-nyiakan kan bakat khusus
Tidak
melatih bakat yang dimiliki, padahal jika potensi ini digali bisa menjadi suatu
keberhasilan bagi orang tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar