Senin, 25 Juni 2012

Etika Komunikasi Antar Pribadi


Etika Dalam Komunikasi Antarpribadi

       Manusia dalam hidup bermasyarakat, akan saling membutuhkan satu sama lain. Kebutuhan itulah yang dapat menimbulkan suatu proses interaksi sosial. Maryati dan Suryawati (2003) menyatakan bahwa , “Interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok. “ Pendapat lain dikemukakan oleh Murdiyatmoko dan Handayani (2004), “Interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial.

“Interaksi positif hanya mungkin terjadi apabila terdapat suasana saling mempercayai, menghargai dan saling mendukung.”

Berdasarkan definisi di atas, maka penulis dapat mnyimpulkan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan antar sesama manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain baik itu dalam hubungan antar individu, antar kelompok maupun antar individu dan kelompok.

2.2 Macam – Macam Interaksi Sosial

Menurut Maryati dan Suryawati (2003) interaksi sosial dibagi menjadi tiga macam, yaitu :

1.Interaksi antara individu dan individu

Dalam hubungan ini bisa terjadi interaksi positif maupun negatif. Interaksi positif, jika hubungan yang terjadi saling menguntungkan. Interaksi negatif, jika hubungan timbal balik merugikan satu pihak atau keduanya (bermusuhan)



2.Interaksi antara individu dan kelompok
Interaksi ini pun dapat berlangsung secara positif maupun negatif. Bentuk interaksi sosial individu dan kelompok bermacam – macam sesuai situasi dan kondisinya.


3.Interaksi sosial antara kelompok dan kelompok
Interaksi sosial kelompok dan kelompok terjadi sebagai satu kesatuan bukan kehendak pribadi. Misalnya, kerja sama antara dua perusahaan untuk membicarakan suatu proyek.

2.3 Bentuk – Bentuk Interaksi Sosial

Berdasarkan pendapat menurut Tim Sosiologi (2002), interaksi sosial dikategorikan ke dalam dua bentuk, yaitu :
a. Kerja sama
Adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
b. Akomodasi
Adalah suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi antara pribadi dan kelompok – kelompok manusia untuk meredakan pertentangan.
c. Asimilasi
Adalah proses sosial yang timbul bila ada kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara intensif dalam jangka waktu lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli mereka akan berubah sifat dan wujudnya membentuk kebudayaan baru sebagai kebudayaan campuran
d. Akulturasi
Adalah proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompok masyarakat manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur – unsur kebudayaan asing itu diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian dari kebudayaan itu sendiri.



a. Persaingan
Adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok sosial tertentu, agar memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik di pihak lawannya.


b. Kontravensi
Adalah bentuk sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan atau konflik. Wujud kontravensi antara lain sikap tidak senang, baik secara tersembunyi maupun secara terang – terangan yang ditujukan terhadap perorangan atau kelompok atau terhadap unsur – unsur kebudayaan golongan tertentu. Sikap tersebut dapat berubah menjadi kebencian akan tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau konflik.

c. Konflik
Adalah proses sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat tertentu, akibatnya adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar, sehingga menimbulkan adanya semacam gap atau jurang pemisah yang mengganjal interaksi sosial di antara mereka yang bertikai tersebut.

2.6 Etika dan Komunikasi Dalam Interaksi Sosial

Dalam kehidupan sehari – hari manusia tidak akan pernah lepas dari komunikasi. Dari mulai kita bangun tidur sampai kemudian tertidur kembali, komunikasi selalu menjadi kegiatan utama kita entah itu komunikasi verbal atau non verbal, entah itu komunikasi antar pribadi atau komunikasi organisasi.

Hal seperti ini memang telah menjadi kodrat kita sebagai seorang yang memang tidak dapat hidup sendiri. Kita selalu membutuhkan orang lain disekitar kita, walaupun hanya untuk sekedar melakukan obrolan basa – basi karena manusia adalah makhluk sosial dan dari dalam interaksi itulah manusia lambat laun menciptakan nilai – nilai bersama yang kemudian disebut sebagai kebudayaan.


Dalam nilai – nilai yang terbentuk tersebut terdapat beberapa kaidah yang bertujuan mengatur tata cara kita berkomunikasi antar sesama tanpa menyakiti hati dan menjunjung tinggi etika sebagai sebuah tanda penghargaan pada lawan bicara kita. Namun terkadang pemakaian sesuatu yang kita anggap sebuah etika dapat berakibat pada sesuatu yang tidak menyenangkan dan menimbulkan kesalahpahaman antar sesama. Mengapa hal itu bisa terjadi ? Padahal tujuan kita menggunakan etika adalah untuk mencoba menghargai khalayak.


Pemakaian etika dalam konteks komunikasi antar pribadi memiliki paradoks tersendiri. Di lain pihak, hal ini dapat menjadi hal yang positif namun terkadang sesuatu yang negatif dan cenderung merusak danmemperburuk keadaan juga dapat terjadi. Berbagai hal dinilai bertanggung jawab atas hal ini. Dari mulai cara kita berkomunikasi antar sesama sampai pada saat kita menggunakan etika dalam berinteraksi.

ETIKA

Banyak orang beranggapan bahwa dalam sebuah pembicaraan, kita harus menggunakan etika untuk menghargai dan menghormati lawan bicara. Ada sebuah teori yang mendefinisikan etika sebagai, “sebuah cabang ilmu filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma, moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya”. Dalam teori ini, etika memiliki 3 tujuan, yaitu :

Terlepas setuju atau tidaknya kita dengan teori diatas, namun ada hal yang bisa kita sepakati bahwa etika berhubungan dengan moral, “sistem tentang bagaiman kita harus hidup secara baik sebagai manusia.”


ETIKA KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI

Persoalan eika yang potensial selalu melekat dalam setiap bentuk komunikasi antar pribadi sehingga komunikasi dapat dinilai dalam dimensi benar – salah, melibatkan pengaruh yang berarti terhadap manusia lain, sehingga komunikator secara sadar memilih tujuan – tujuan tertentu yang ingin dicapai dan cara – cara komunikasi guna mencapai tujuan tersebut. Apakah seorang komunikator bertujuan menyampaikan informasi, meningkatkan pemahaman seseorang, memudahkan keputusan yang bebas pada orang lain, menawarkan nilai – nilai yang penting, memperlihatkan eksistensi dan relevansi suatu persoalan sosial, memberikan sebuah jawaban atau program aksi atau memicu pertikaian – pertikaian etika yang potensial terpadu dalam upaya – upaya simbolik sang komunikator. Demikianlah keadaannya pada sebagian besar komunikasi pribadi, baik komunikasi antara 2 orang, dalam kelompok kecil, dalam retorika gerakan sosial maupun dalam hubungan masyarakat.

Relasi Manusia dan Komunikasi Antarpribadi


What is Relationship ? (Apa itu Relasi?)
(Sarah Trenholm : 2000)

1. Constellation of behaviors
Relasi setara dengan tindakan yang saling tergantung antara 2 orang. Relasi adalah semua hal tentang apa yang dipikirkan oleh 2 orang manakala melakukan hal bersama-sama.

2. Cognitive Constructs
Relasi sebagai suatu konstruksi kognitif di dalam pikiran kita manakala kita memikirkan satu sama lain. Relasi adalah cara kita memikirkan perilaku kita.

3. Mini-culture
Relasi bukan sebagai pandangan individu, melainkan pemahaman bersama. Ketika 2 orang melakukan hubungan antar pribadi, mereka menciptakan kultur kecil-kecilan, mengembangkan persepsi bersama dan peran masing-masing.

4. Collections of Contradictory forces
Relasi sebagai sekumpulan kekuatan yang saling berlawanan. Relasi adalah suatu dialog antar 2orang yang saling mempunyai perbedaan pandangan, masing2 pernyataan sebagai ungkapan hati, tetapi kenyataannya saling berbeda.

Creating an Effective Helping Relationship
(Bradford W Sheafor & Charles R Horejsi : 2003)
Apologi : penerapan metode dan teknik dalam praktek pertolongan sangatdibutuhkan, tetapi tanpa adanya relasi yang positif antara pekerjasosial dengan klien, perubahan pada diri klien tidak akan terjadi

Beberapa kondisi dasar dalam relasi pertolongan :
1. Empathy ;
menunjuk pada kemampuan pekerja sosial untuk memahamidengan tepat perasaan dan pengalaman subjektif yang dialami klien
• Mendengarkan secara aktif apa yang dikatakan klien, merupakanteknik untuk memunculkan empati terhadap klien
2. Positive Regard ;
Keyakinan bahwa klien adalah orang yang berhargadan memperlakukan mereka secara hormat, dengan mengabaikan ;penampilan mereka, perilaku, keadaan hidupnya atau memberikanalasan mengapa mereka menjadi klien.
Positive regard
diperlukanbagi pekerja sosial untuk menangkis kecenderungan memberikanpenilaian bahwa klien adalah orang yang telah berbuat kesalahan.
3. Personal Warmth ;
pekerja sosial harus menampilkan diri sebagaipribadi yang ramah/hangat
4. Genuineness ;
Pekerja sosial harus memperlihatkan keaslian yangmuncul secara spontan (tidak dibuat-buat), dan tidak bersikapbertahan, apa yang dikatakan harus sesuai dengan apa yangdilakukan, berbicara benar-benar keluar dari hati.
Guna mendemontrasikan perasaan
empathy, positive regard, personal warmth, dan genuine, maka beberapa hal penting bagi pekerja sosialdalam menciptakan relasi pertolongan yang efektif, juga harus :


Concreteness; mampu berkomunikasi dengan menyampaikangagasan dan pemikiran yang jelas dan spesifik
Competence; berkompeten dalam melaksanakan tugas dan aktivitasprofesional
Objectivity ; tidak biss dan mampu menghargai adanya pandanganyang berbeda

kOMUNIKAsI ANTAR PRIBADI dan KEtrampilan sosial


Pengertian Keterampilan Komunikasi

        Komunikasi atau ”communication" berasal dari bahasa latin "communis". atau dalam Bahasa Inggrisnya "commun" secara etimologi berarti "sama". Berkaitan dengan hal ini Sowandi (1996:13) mengemukakan, "Apabila kita berkomunikasi (to commumcate), ini berarti bahwa kita berada dalam keadaan berusaha untuk menimbulkan kesamaan".
Secara terminologis, komunikasi merupakan suatu istilah yang menunjukkan suatu proses hubungan antara individu satu dengan lainnya yang berisi kegiatan menyampaikan dan menerima pesan. Sehubungan dengan hal ini Effendi (1996:6) mengemukakan bahwa, "Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap-sikap, pendapat atau perilaku". Sejalan dengan hal ini Supihara (1999:15) menyatakan, "Komunikasi adalah proses penyampaian pesan-pesan baik secara lisan maupun mempergunakan informasi". Komunikasi menurut Bulatau (2007:70) dapat pula dipahami, ”Sebagai pengungkapan pribadi kepada orang lain".
Pendapat lain tentang komunikasi sebagaimana dijabarkan oleh Suprapto dan Fahrianoor (2004:5) yang menyebutkan bahwa :
Komunikasi dapat didefinisikan sebagai proses penyampaian pesan dalam bentuk simbol atau lambang yang melibatkan dwiperson atau lebih yang terdiri atas pengirim (komunikator) dan penerima (komunikan) dengan maksud untuk mencapai tujuan bersama mengenai masalah atau persoalan masing-masing pihak.
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai makna hakiki komunikasi yaitu suatu proses interaksi yang didalamnya terdapat maksud saling melengkapi, memperbaiki, dan memahami persoalan-persoalan yang dialami oleh personil teriibat dalam komunikasi tersebut. Dengan demikian dapatlah dipahami bahwa komunikasi tidak sekedar media penyampaian pesan belaka (yang mungkin menguntungkan salah satu pihak saja) melainkan lebih kepada jalinan antar personal (pribadi) antar pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.
Oleh sebab itu, agar komunikasi berjalan dengan baik dan lancar serta memberi manfaat baik bagi pihak penyampai pesan maupun bagi pihak penerima pesan, maka diperlukan adanya keterampilan komunikasi. Menurut Hafied Changara (2007:85) keterampilan komunikasi adalah, ”Kemampuan seseorang untuk menyampaikan atau mengirim pesan kepada khalayak (penerima pesan)”. Selanjutnya menurut Anwar Arifin (2008:58) kemampuan komunikasi adalah, ”Keterampilan seseorang dalam menyampaikan pesan yang jelas dan mudah dipahami oleh penerima pesan”.
Berdasarkan kedua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan komunikasi adalah kemampuan seseorang untuk menyampaikan atau mengirim pesan yang jelas dan mudah dipahami oleh penerima pesan. Untuk itu, agar mampu melakukan komunikasi yang baik, maka seseorang harus memiliki ide dan penuh daya kreativitas yang tentunya dapat dikembangkan melalui berbagai latihan dengan berbagai macam cara, salah satunya membiasakan diri dengan berdiskusi.


1. Jenis-jenis Keterampilan Komunikasi
Setiap komunikasi yang dilakukan, tentunya diharapkan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi siapa saja yang terlibat dalam komunikasi tersebut. Komunikasi akan berjalan dengan dinamis, apabila disertai adanya suatu reaksi dari pihak penerima pesan. Menurut Asrori (2003:136) ialah, “Komunikasi verbal, komunikasi fisik, komunikasi emosional”. Berikut penjelasan tentang keterampilan yang dibutuhkan untuk masing-masing komunikasi tersebut :
a. Keterampilan komunikasi verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang terjadi bila dua orang atau lebih melakukan kontak satu sama lain dengan menggunakan alat artikulasi atau pembicaraan. Prosesnya terjadi dalam bentuk percakapan satu sama lain.
Ini berarti, komunikasi verbal adalah komunikasi yang secara nyata dapat dilihat melalui percakapan antara dua orang atau lebih, sehingga setiap orang yang melakukan komunikasi verbal perlu untuk memiliki kemampuan dalam menggunakan kata-kata, tata bahasa yang baik dan sopan, sehingga pesan yang disampaikan dapat mudah ditangkap oleh penerima pesan (lawan bicara).


b. Keterampilan komunikasi fisik
Komunikasi fisik adalah komunikasi yang terjadi manakala dua orang atau lebih melakukan kontak dengan menggunakan bahasa tubuh. Misalnya, ekspresi wajah, posisi tubuh, gerak-gerik dan kontak mata.
Berarti, dalam menggunakan komunikasi fisik, seseorang diharuskan memiliki kemampuan untuk menggunakan anggota tubuh secara tepat dan sesuai dengan yang disampaikan, agar pesan dapat mudah diterima dan dipahami oleh penerima pesan.


c. Keterampilan komunikasi emosional
Komunikasi emosional adalah interaksi yang terjadi manakala individu melakukan kontak satu sama lain dengan melakukan curahan perasaan. Misalnya, mengeluarkan air mata sebagai tanda sedih, haru, atau bahkan terlalu bahagia.
Berdasarkan pendapat ini, seseorang yang dikatakan terampil melakukan komunikasi emosional adalah apabila dalam melakukannya ia tetap berada pada kondisi mental dan kejiwaan yang stabil, sehingga hal-hal yang bersifat bentuk komunikasi emosinal seperti sedih, haru dan senang tetap terlihat dalam bentuk yang wajar dan tidak berlebihan.


2. Upaya Pengembangan Keterampilan Komunikasi
Banyak orang memiliki kemampuan dan keinginan yang besar, tetapi karena ia tidak dapat mengkomunikasikannya kepada orang lain, kemampuan atau keinginan itu tidak dapat dikembangkan atau terpenuhinya. Agar hal ini tidak terjadi, maka diperlukan adanya upaya pengembangan keterampilan komunikasi yang dilakukan. Hafied Changara (2007:91) mengemukakan bahwa, “Untuk mencapai komunikasi yang mengena, seorang komunikan harus memiliki kepercayaan (credibility), daya tarik (attractive) dan kekuatan (power)”. Ketiga hal ini perlu dikembangkan oleh setiap orang yang menginginkan komunikasi yang dilakukannya berhasil :


a. Kepercayaan (credibility)
Komunikator yang baik dan efektif harus memiliki kredibilitas yang tinggi. Menurut Kathleen S. Abraham (1997:181) kredibilitas adalah, "seperangkat persepsi tentang kelebihan-kelebihan yang dimiliki sumber sehingga diterima dan diikuti oleh pendengarnya."
Pengembangan kepercayaan (credibility) dapat dikembangkan melalui teori Aristoteles. Menurut Hafied Changara (2007:91) teori tersebut adalah, “Ethos, pathos dan logos. Ethos ialah karakter pribadinya. Pathos ialah pengendalian emosi. Logos ialah kemampuan argumentasi”. Artinya, untuk mengembangkan kepercayaan atau kredibilitas, seseorang harus mampu memperkuat karakter pribadinya, mengendalikan emosinya dan memiliki kemampuan berargumentasi yang baik dan berdasar.


b. Daya tarik (attractive)
Daya tarik adalah salah satu faktor yang harus dimiliki oleh seorang komunikator selain kredibilitas. Faktor daya tarik (attractiveness) banyak menentukan berhasil tidaknya komunikasi. Hafied Changara (2007:94) mengemukakan bahwa, “Pendengar atau pembaca bisa saja mengikuti pandangan seorang komunikator, karena ia memiliki daya tarik dalam hal kesamaan (similarity), dikenal baik (familiarity), disukai (liking) dan fisiknya (physic).
Kesamaan di sini dimaksudkan bahwa orang bisa tertarik pada komunikator karena adanya kesamaan demografis seperti bahasa, agama, suku, daerah asal dan sebagainya. Dikenal maksudnya seorang komunikator adalah seorang yang sudah lama dikenal oleh para khalayak. Disukai artinya komunikator adalah orang yang disenangi dan disukai oleh khalayak. Fisik artinya seorang komunikator akan dapat diterima dengan baik apabila memiliki tampilan fisik yang baik dan menarik.
Katherin Miller (2005:59) mengemukakan bahwa, "komunikator yang mampu menjadi pribadi yang menyenangkan dan memiliki penampilan fisik yang menarik akan dengan mudah diterima oleh khalayak." Oleh sebab itu, untuk meningkatkan daya tarik maka seseorang harus mampu belajar dan mengembangkan diri untuk menjadi pribadi yang menyenangkan dan menjaga penampilan fisik.


c. Kekuatan (power)
Kekuatan dapat diartikan sebagai kekuasaan dimana khalayak dengan mudah menerima suatu pendapat kalau hal itu disampaikan oleh orang yang memiliki kekuasaan. Hafied Changara (2007:95) mengemukakan bahwa, “Kekuatan ialah kepercayaan diri yang harus dimiliki seorang komunikator jika ia ingin mempengaruhi orang lain”.
Selanjutnya, Hafied Changara (2007:95) mengemukakan bahwa, “Kepercyaan diri dalam komunikasi akan tumbuh apabila komunikator mampu memproyeksikan dirinya ke dalam orang lain”. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa, apabila seseorang ingin memiliki kekuatan dalam berkomunikasi, maka ia harus mampu mengembangkan kepercayaan dirinya.


Sumber : http://mungkinandaperlu.blogspot.com/2010/06/keterampilan-komunikasi.html

Teori - Teori Komunikasi AntarPribadi

       Dalam ilmu komunikasi setidaknya kita bisa bertemu dengan 2 (dua) pendekatan teoritik. Pertama , teori objektif dan kedua teori interpretif. Dalam teori objektif, teori berfungsi menjelaskan masa lalu dan masa kini serta mempraktikan masa depan. Oleh karena itu, satu teori dianggap baik apabila teori tersebut sederhana (simplicity), bisa diuji (testability), dan berguna (usefulness).

A. APREHENSI KOMUNIKASI

Ada yang menyatakan bahwa aprehensi komunikasi merupakan kondisi kognitif seseorang yang mengetahui bahwa dirinya saat berkomunikasi dengan orang lain karena kekhawatiran dan ketakutannya, tak memiliki pikiran apapun dalam benaknya dan juga tidak memahami sebab akibat sosial sehingga menjadi orang yang “mati rasa”. Ada juga yang menyebutkan bahwa aprehensi komunikasi itu terjadi manakala individu memandang pengalaman komunikasinya itu tidak menyenangkan dan merasa takut berkomunikasi. Teori aprehensi komunikasi juga banyak dipergunakan untuk menjelaskan situasi komunikasi kelompok. Namun, banyak ilmuan komunikasi yang menggunakan teori ini juga untuk menjelaskan komunikasi antarpribadi atau menggunakanya dalam latar atau konteks komunikasi antarpribadi.

" McCroskey sendiri menyatakan bahwa aprehensi komunikasi itu muncul pada manusia karena pengaruh suasana komunikasi di rumahnya. Dinyatakan bahwa factor-faktor lingkungan rumah, seperti jumlah percakapan dengan anggota keluarga dan gaya interaksi anak-orang tua akan mempengaruhi perilaku komunikasi anak. Ini menunjukan bahwa lingkungan keluarga menjadi penentu penting ada tidaknya "
Penyebab aprehensi komunikasi itu ada yang mengelompokan menjadi 3 (tiga) kategori sebagai berikut :


Aktivitas berlebihan. Hal ini menunjukan bahwa secara psikologis kita terlalu aktif sebelum kegiatannya sendiri dilakukan.
Pemprosesan kognitif yang tidak tepat. Hal ini untuk menunjukan rasa tidak nyaman dalam menghadapi kegiatan komunikasi. Oleh karena itu, penyebab aprehensi komunikasi ini dipandang terkait dengan bagaimana kita berpikir tentang komunikasi dan bagaimana proses komunikasi itu dipandang menakutkan.
Keterampilan komunikasi yang tak memadai. Ini untuk menunjukan bahwa kita tak tahu bagaimana berkomunikasi secara efektif. Jika kita merasa tidak terampil berkomunikasi maka dengan sendirinya kita pun akan memandang kegiatan komunikasi merupakan kegiatan yang menegangkan.

B. SELF-DISCLOSURE
Self disclosure merupakan kajian komunikasi dari perspektif internasional. Sesuai dengan istilah untuk menyebut perspektif ini maka perhatian utama dalam tindak komunikasi adalah aspek interaksi. Dalam interaksi tersebut terlibat indikator-indikator sebagai individu – sosial. Yakni individu yang mengembangkan segenap potensi kemanusian melalui interaksi sosial(fister:1986:243). Pada self-disclosure orang membuka diri dan menyatakan informasi tentang dirinya pada lawan komunikasinya. Bahkan informasi yang di ungkapkan pun bukan informasi yang biasa-biasa saja melainkan informasi yang mendalam tentang dirinya.

C. TEORI PENETRASI SOSIAL
Teori ini pada intinya menyatakan bahwa kedekatan antarpribadi itu berlangsung secara bertahap (gradual) dan berurutan yang di mulai dari tahap biasa-biasa saja hingga tahap intim sebagai salah satu fungsi dari dampak saat ini maupun dampak masa depannya.
Dalam teori ini dinyatakan bahwa relasi akan menjadi semakin intim apabila disclosure berlangsung artinya, orang-orang yang menjalin komunikasi antarpribadi masing-masing melakukan, self-disclosure. Pada dasarnya, konsep penetrasi sosial menjelaskan bagaimana kedekatan relasi itu berkembang, gagal untuk berkembang atau berhenti. Konsep ini berusaha untuk menjelaskan bagaimana proses seperti itu bisa terjadi.

D. TEORI PENGURANGAN KETIDAK PASTIAN
Teori ini menjelaskan, hal tersebut dilakukan manusia guna mengurangi ketidakpastian atau meningkatkan prediktabilitas perilaku masing-masing dalam interaksi yang akan mereka kembangkan.
Menggali pengetahuan berupa memahami itulah yang merupakan perhatian utama kita saat bertemu dengan seseorang yang belum kita kenal. Oleh karena itu, kita akan berusaha mengetahui dan memahami siapa orang tersebut.

Teori pengurangan ketidakpastian ini mengungkap beberapa aksioma, yang berkaitan dengan apa yang dilakukan manusia dalam menjalin relasi antarpribadi.
Aksioma tersebut adalah sebagai berikut:


Komunikasi verbal : mengahdapi tingginya ketidakpastian pada awal perjumpaan dengan orang yang tidak dikenal.
Kehangatan non verbal :begitu terjadi peningkatan ekspresi nonverbal maka derajat ketidakpastian akan berkurang pada situasi awal interaksi.
Pencarian informasi : tingginya derajat ketidak pastian akan meningkatkam prilaku informasi
Self-disclosure: tingginya ketidakpastian dalam 1 relasi akan menurunkan derajat intim dalam komunikasi
Timbal balik: tingginya ketidakpastian menghasilkan tingginya tinkat timbal balik.


E. TEORI DIALEKTIKA RELASIONAL
Relasi antarpribadi itu tidak statis atau menurut teori dialektika relational, bersifat cair. Orang-orang yang menjalin relasi dan berkomunikasi antarpribadi pada batinya mengalami apa yang dinamakan tarikan konfli. Tarikan konflik itulah yang menyebabkan relasi menjadi selalu berada dalam kondisi cair, yang di kenal sebagai ketegangan dialektis. Antara harmonis dan konflik atau antara akrab dan musuhan.

F. TEORI PENILAIAN SOSIAL
Dalam melakukan penilaian terhadap pesan yang diterima, orang bisa melakukan dua hal, pertama mengkontraskan dan kedua mengasimilasikan. Kontras merupakan distorsi perseptual yang membawa pada polarisasi ide. Sedangkan asimilasi menunjukan kekeliruan penilaian yang bertentangan.Ini terjadi apabila pesan yang disampaikan diterima dalam sikap pendengarnya pada wilayah penerimaan. Teori penilaian sosial melihat pengaruh komunikasi antarpribadi melalui bagaimana individu di pengaruhi oleh kelompok acuannya, yakni kelompok yang digunakan untuk merumuskan identitas individu tersebut, menurut teori ini maka sikap kita dipetakan dalam 1 kontinum, menurut teori ini maka sikap kita tidak bisa berada dalam 1 wilayah tertentu yang dinamakan latitude.
Ada tiga hal yang dikemukaakan “Teori Penilaain Sosial” ini yang sudah di uji melalui eksperimen yang bisa di pergunakan untuk mengkaji pengaruh komunikasi antarpribadi.
Ketiga hal tersebut adalah sebagai berikut :


Pembicaraan yang memiliki kredibilitas tinggi akan mampu menyampaikan pesan yang masuk ke dalam wilayah penerimaan pendengarnya.
Ambiguitas seringkali lebih baik dibandingkan dengan kejelasan.
Ada orang yang sangat dogmatis dalam setiap permasalahan. Oleh karena itu, wilayah penolaknya besar. Teori ini menyatakan makin besar perbedaan antara pendapat pembicara dan pandangan pendengaranya maka akan makin besar juga perubahan sikapnya, sejauh pesan tersebut berada dalam wilayah penerimaannya. Selain itu keterlibatan ego yang tinggi menunjukan luasnya wilayah penolakan.

Sumber : Buku Komunikasi AntarPribadi Universitas Terbuka

Analisis Komunikasi Antarpribadi


Analisis Komunikasi AntarPribadi

1.   SUASANA KOMUNIKASI ANTARPRIBADI
Menurut teori Fundamental Intepersonal Relationsip Orientation (FARO), Alasan manusia menjalin relasi antarpribadi adalah untuk memenuhi tiga kebutuhan antarpribadi, yakni kebutuhan inklus, kontrol, dan kasih sayang. Oleh karena kebutuhan-kebutuhan itulah maka manusia menjalin komunikasi antarpribadi dan ralasi antarpribadi dengan sesamanya.


Berkomunikasi antarpribadi dalam situasi konflik, darurat, dan intim. Dalam kecerdasan jamak (multiple intellegence) satu diantaranya ada yang disebut kecerdasan antarpribadi (interpersonal intellegence) yang kecerdasan yang membuat orang bisa memahami orang lain. Orang seperti ini memiliki kemampuan menjalin relasi dan bekerja sama dengan orang lain.
Berkomunikasi antarpribadi dalam situasi konflik, darurat, dan intim. Dalam kecerdasan jamak (multiple intellegence) satu diantaranya ada yang disebut kecerdasan antarpribadi (interpersonal intellegence) yang kecerdasan yang membuat orang bisa memahami orang lain. Orang seperti ini memiliki kemampuan menjalin relasi dan bekerja sama dengan orang lain.
Berkomunikasi antarpribadi dalam situasi konflik, darurat, dan intim. Dalam kecerdasan jamak (multiple intellegence) satu diantaranya ada yang disebut kecerdasan antarpribadi (interpersonal intellegence) yang kecerdasan yang membuat orang bisa memahami orang lain. Orang seperti ini memiliki kemampuan menjalin relasi dan bekerja sama dengan orang lain.A. Konflik
Menurut Hocker dan Wilmot (1985;20) konflik di ekspresikan dalam proses komunikasi melalui isi dan relasi. Hocker dan Willmot(1985;39) menyajikan beberapa asusimsi yang berkaitan dengan gaya konflik yang dikembangkan individu. Asumsi – asumsi tersebut adalah sebagai berikut:


Manusia mengembangkan respon- respon terpola terhadap konflik.
Manusia mengembangkan gaya konflik untuk alasan-alasan yang bisa diterima oleh dirinya sendiri.
Tidak ada satu gaya konflik pun yang dengan sendirinya lebih baik dibandinmg dengan gaya yang lain.
Gaya manusia terus berubah guna menyesuiakan dengan tuntutan- tuntutan situasi baru.B. Darurat
Thmaslisan , 1997. Metode ini melihat, pada setiap orang yang terlibat relasi antarpribadi, ada tiga tingkatan pengalaman atau persepsi di namakan dengan istilah perspektif yaitu:


Perspektif langsung, adalah pandangan individu terhadap perilaku, objek, pribadi,peristiwa, kegiatan atau apapun uang bisa dilihat dan ditafsirkan dalam dunia keseharian.
Meta perspektif, apa yang kita bayangkan dengan apa yang kita pikirkan atau kita rasakan orang lain.
Meta - meta perspektif, adalah merupakan upaya kita untuk menentukan pengalaman atau persektif orang lain pada diri kita.Ketiga tingkatan itu menunjukan adanya lapisan perseptual pada manusia.

PRAKTIK KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DALAM HIDUP KESEHARIAN
Asumsi-asumsi tentang orang lain ini mencakup berikut


Tindakan dan komunikasi orang lain bermakna bagi mereka sendiri meski kita tidak mengetahui apa maknanya,
Kita berkomunikasi untuk meningkatkan kontrol kita atas perilaku diri sendiri dan orang lain.
Dengan mengabaikan semua kandungan satu pesan, semua tindak komunikasi adalah signifikan lantaran memilki pengaruh yang positif dan negatif terhadap citra diri baik komunikator maupun komunikasi.
Semua orang memiliki kebutuhan psikologis dan biologis yang sama, namun persepsinya terhadap apa yang bisa memenuhi kebutuhan itu beragam karena alesan-alesan kultural dan individual.
Bagi semua orang, pemuasan berbagai kebutuhan kita untuk jangka panjang, mengharuskan orang mesti bekerja sama dan berkomunikasi dengan orang lain.

A. Latar Sosial
Relasi antarpribadi yang dikembangkan merupakan relasi komunal. Kegiatan komunikasi antarpribadi tersebut di lakukan mulai dari persahabatan, hubungan antara sepasang kekasih hingga relasi dalam lembaga perkawinan. Sesuai dengan watak relasi antarpribadi yang berupa persahabatan, berpacaran atau perkawinan tidak selamanya berada dalam situasi yang intim karena adakalanya juga terjadi konflik di antara pihak-pihak yang menjalin relasi tersebut. Disamping komunikasi masa, pengalaman komunikasi terbesar manusia lainya adalah komunikasi diadik ini. Melalui komunikasi diadik, masing-masing membuka dirinya sendiri (self-disclosure) dan masing-masing berusaha memahami lebih mendalam lawan komunikasinya.

B. Latar Bisnis

Relasi antarpribadi yang sehat dan iklim komunikasi yang terbuka itu akan membuat para staf dan karyawan merasa :


Sumbangan pemikiran dan gagasanya diberi penghargaan dan pengakuan.
Keluhan yang disampaikanya akan ditangani dengan serius, dikaji, dan bahkan diselesaikan dengan cara yang memuaskan.
Orang yang posisinya tetinggi di dalam hierarki organisasi memandang tidak akan memanipulasi arus komunikasi untuk mengontrol staf dan karyawan.
Orang yang posisinya tertinggi didalam hierarki organisasi memandang staff dan karyawan sebagai manusia yang kebutuhan dan aspirasinya jauh lebih tinggi dibandingakn fungsi-fungsi organisasionalnya. Manusia tidak dipandang sebagai alat produksi melainkan merupakan manusia yang memiliki kebutuhan dan aspirasi yang apabila diperhatikan akan mampu meningkatkan produktifitas organisasi tersebut.



Sumber: Buku Komunikasi AntarPribadi Universitas Terbuka

Catatan Kuliah : Gaya-gaya komunikasi antarpribadi

rGAYA KOMUNIKASI ANTARPRIBADI

1.Bersosialisasi (socializer)

       Tipe Socializer dapat menjadi lebih efektif dalam berhubungan dengan orang lain jika dapat mengontrol waktu dan emosi lebih baik, mengembangkan kemampuan seperti : menentukan dan mengatur sesuatu yang akan dikerjakan, berkonsentrasi pada apa yang dikerjakan. Jika seseorang memiliki gaya komunikasi yang berbeda dengan gaya bersosialisasi dan ingin berhubungan baik dengan socializer. Maka diharuskan untuk mengijinkan socializer ada kaanya keluar dari topic pembicaraan, tertarik dengan ide dan impiannya, menghindari konflik dan adu pendapat, member pujian terhadap penampilan dan karismanya.

2.Pemimpin (Director)
       Tipe Director biasanya menjadi lebih efektif dalam berhubungan dengan orang lain jika berlatih mendengarka, membangun kesan yang lebih santai / tenang, dan mengembangkan kerendahan hati dan sensitivitas. Tipe Director harus memperlihatkan keprihatinan (rasa perhatian) kepada orang lain, mengungkapkan alasan secara verba. Jika seseorang memiliki gaya komunikasi lain dan ingin berhubungan baik dengan Director maka harus berkonsentrasi pada upaya dalam mencapai hasil yang diinginkan seefisien mungkin, tepat dan seksama, dan pandai mengatur sesuatu, dan ahli dalam adu pendapat, tidak berperasaan ketika terjadi pertentangan pendapat.

3.Pemikir ( Thinker )
       Tipe Thinker biasanya dapat lebih efektif jika berhubungan dengan orang lain jika menunjukan dan menghargai orang lain secara lebih terbuka. Orang lain juga akan lebih menghargai tipe Thinker jika lebih tapat waktu dalam mengambil keputusan, memulai satu hal / berinisiatif, ada kalanya berkompromi degan orang lain yang memiliki pandangan berbeda. Jika seseorang memiliki gaya komunikasi lain dan ingin berhubungan baik dengan pemikir, maka seorang tersebut harus cermat dan memiliki persiapan yang baik.

4.Pencerita (Relater)
       Seorang Relater biasanya dapat lebih efektif jika berhubungan dengan orang lain jika dapat menyelesaikan tugas pada waktunya dan menunjukan komitmen pada suatu hal yang penting adakalanya dengan berkata tidak. Jika seseorang memiliki gaya komunikasi yang lain dan ingin berhubungan baik dengan relater, bersikaplah hangat dan tulus dengan tipe relater, aktif mendengar terhadap keprihatinan dan perasaannya, dan pujilah kemampuan tipe ini dalam kemampuan bergaul dengan baik dengan orang lain.

Sumber : http://sicupuanshari.blogspot.com/2011/04/gaya-komunikasi-antarpribadi.html


GAYA - GAYA KOMUNIKASI ANTARPRIBADI

Visual : Metode menciptakan gambaran untuk memahami stimuli. Mengorganisasikan pengalaman kita dengan gambaran dan citra. Gerak menjadi penting dan sering kali gerak tubuh dipakai untuk melukiskan pengalaman
Auditif : Mengorganisasikan kata-kata kedalam stimulus dan menyampaikan informasi , misalnya untuk melukiskan keindahan alam sabang kita menyatakan, betapa damainya alam disana membuat hati jadi tenang saat mendengar angin, seperti berbisik.
Kinestesis : Kita mengorganisasikan pengalaman kita dengan perasaan atas asosiasi. Emosi menjadi begitu penting dan konflik sering dilakukan, misalnya, saat menceritakan keindahan alam orang tersebut menyentuh lawan komunikasinya lalu berkata ‘’jernihnya laut disana”.... mengingatkan saya pada kebeningan mata ibu.
4 Tipologi gaya komunikasi yang dikembangkan oleh Virginia Satir


Pengalihan : yakni komunikasi yang menunjukan apa pun yang dilakukan selalu tidak relevan dengan apa yang dilakukan orang lain.
Pendamaian : yakni gaya komunikasi yang menunjukan orang tersebut senang mengambil atau bahkan menjilat orang lain.
Tukang Menyalahkan : yakni orang yang suka mencari –cari kesalahan orang lain.
Komputer : yakni orang yang merasa dirinya benar-benar lemah batinya, orang ini akan menutupibkelemahanya itu dengan menjadi orang yang begitu rasional.
4 Gaya yang di kemukakan Caron B. Goode seperti berikut :


Gaya behavior : Komunikan yang memiliki gaya behavior lebih menyenangi kebebasab ekspresi diri.
Gaya kognitif : Orang seperti ini membutuhkan pengakuan dan pemahaman. Pemahaman mereka orang yang berpikir serius.
Gaya Interpersonal : Orang yang seperti ini membutuhkan apresiasi . dalam komunikasi orang seperti ini sangat menuntut kejujuran.
Gaya Afektif : Orang seperti ini dinamakan juga sebagai seorang yang visioner atau bahkan disebut juga pemimpi.

Strategi dan Taktik Dalam Komunikasi AntarPribadi

       Strategi adalah metode atau rencana untuk mencapai tujuan. Strategi komunikasi pada dasarnya merupakan metode atau rencana komunikasi kita. Stategi ini merupakan paduan antara ilmu dan seni. Startegi ini kemudian dijabarkan kedalam sejumlah taktik. Taktik bisa kita maknai sebagai tindakan yang merupakan bagian dari strategi untuk mencapai tujuan.
       Strategi komunikasi juga akan banyak menunjukan ditentukan oleh tujuan komunikasi. Tujuan tersebut dapat rinci menjadi :
Memperoleh informasi
Memberi informasi
Membujuk
Memecahkan masalah
Konsultasi, dan
Mendengarkan keluhan.
       Tips berkomunikasi yang disampaikan oleh Faliklowski. Tips tersebut bisa kita anggap sebagai taktik dalam berkomunikasi untuk mencapai tujuan komunikasi yang sudah ditentukan sebelumnya:
1. Tips untuk orang introvret dalam komunikasi dengan ekstrovert
Berlatih untuk melakukan percakapan nonproduktif
Tampil penuh gairah dan semangat
Jadi orang ekspresif
Berlatih untuk memulai kontak
Mau memberikan umpan balik
Mengubah komunikasi nonverbal yang menunjukan keadaan santai dan terbuka.
2. Tips untuk orang eksrtovert dalam berkomunikasi dengan introvert
Hormati privasi lawan komunikasi sehingga tidak menunjukan pemaksaan pada mereka.
Menyediakan waktu untuk mendengarkan orang lain.
Menumbuhkembangkan kepercayaan misalnya dengan menjaga rahasia
Jangan bersuara dengan nada tinggi
Jangan memberi penilaian
3. Tips untuk orang yang indrawi dalam berkomunikasi dengan orang intuitif
Jangan terlalu menggeneralisasikan atau main mutlak-mutlakan karena pengalaman pribadi tak menjadi kebenaran fakta yang bisa saja tidak lengkap
Sediakan waktu untuk mempertimbangkan adanya berbagai peluang atau ketidakmungkinkan
Luas perspektif
Carilah makna dan relasi
Tentukan cara baru untuk mengungkapkan informasi
4. Tips untuk orang intuitif komunikasi dengan orang indrawi
Fokuslah pada apa yang terjadi sekarang dan disini
Dasari gagasan dengan informasi faktual
Jadilah orang berkomunikasi secara langsung dan terbuka, hindari penggunaan metafora
Tampilah dengan lebih banyak menggunakan pemikiran
Hormatilah metode-metode tradisional
Sumber : Buku Komunikasi AntarPribadi Universitas Terbuka

       

Catatan Kuliah : Komunikasi Nonverbal dalam Komunikasi Antar Pribadi


Komunikasi Nonverbal

Seperti kita ketahui, komunikasi manusia tidak hanya menggunakan simbol-simbol verbal melainkan juga simbol-simbol non verbal. Begitu juga halnya dalam komunikasi antarpribadi, kita tidak hanya menyampaikan pesan secara verbal, tetapi juga secara nonverbal. Pesan-pesan nonverbal tersebut bukan hanya memperkuat pesan verbal yang disampaikan, terkadang malah menyampaikan pesan tersendiri. Oleh karena itu, diperlukan keterampilan untuk menafsirkan dan memahami pesan-pesan nonverbal tersebut.

Sama halnya dengan bahasa verbal, pesan-pesan nonverbal pun terikat pada lingkungan budaya tempat komunikasi berlangsung. Oleh sebab itu, dalam komunikasi antarpribadi yang banyak menggunakan pesan-pesan nonverbal, diperlukan juga pemahaman atas lingkungan budaya tempat kita berkomunikasi. Tanpa memiliki pengetahuan dan pemahaman yang memadai ada kemungkinan komunikasi nonverbal disalah artikan atau disalah tafsirkan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui pengertian, fungsi dan jenis-jenis komunikasi nonverbal yang biasa kita pergunakan dalam kegiatan komunikasi kita sehari-hari. Komunikasi nonverbal ini pun sangat penting dipahami karena banyak dipergunakan dalam menampilkan atau menjaga citra seseorang. Dalam kampanye pemilihan presiden misalnya, seorang kandidat presiden harus menampilkan diri dengan sosok tertentu sebagai pesan nonverbal yang akan disampaikan pada calon pemilihnya. Dengan komunikasi nonverbal pulalah seorang guru menjelaskan materi pelajaran pada para siswanya selain menggunakan komunikasi verbal. Oleh karena komunikasi nonverbal pulalah, sinetron yang kita saksikan bisa lebih kita pahami maksudnya.




A. PENGERTIAN KOMUNIKASI NONVERBAL DAN BAHASA TUBUH

Dalam daftar istilah Cultural and Communication Studies, Sebuah Pengantar Paling Komprehensif dinyatakan, komunikasi nonverbal adalah ”semua eksprsi eksternal selain kata-kata terucap atau tertulis (spoken and written word), termasuk gerak tubuh, karakteristik penampilan, karakteristik suara, dan penggunaan ruang dan jarak (Fiske, 2004;281). Sedangkan Harris (1990:7) menyebutkan komunikasi nonverbal diacukan pada bahasa tubuh, seperti gerak-gerik tubuh. Pengertian yang lebih ringkas diberikan Jandt (1998:97) yang menyebut komunikasi nonverbal sebagai ”pesan yang disampaikan tanpa menggunakan kata-kata”. Namun, Jandt (1998:99) melihat pengertian komunikasi nonverbal ini secara sempit dan luas. Secara sempit komunikasi nonverbal sebagai ”penggunaan secara intensional seperti dalam penggunaan simbol nonlisan untuk mengkomunikasikan pesan tertentu”. Dari perspektif ini, komunikasi nonverbal merujuk pada tindakan sumber dan atribut-atribut yang tak sepenuhnya bersifat verbal. Sedangkan secara luas, menurut Jandt, komunikasi nonverbal mengacu pada unsur-unsur lingkungan yang dipergunakan manusia dalam berkomunikasi, seperti warna dinding tempat percakapan berlangsung.

Berdasarkan pengertian luas tersebut maka kita bisa membedakan dengan tegas antara komunikasi nonverbal dan bahasa tubuh. Namun, sebelum membahas lebih lanjut mengenai kaitan komunikasi nonverbal dan bahasa tubuh itu, kita akan melihat dulu pengertian bahasa tubuh. Secara sederhana bahasa tubuh dapat diartikan, ”penyampaian pesan nonlisan yang menggunakan kemampuan seluruh anggota badan untuk menyampaikan pesan”, seperti menggunakan gerak tubuh, mimik wajah, isyarat tangan dan jarak tubuh. Pease (1987) menyebut bahasa tubuh itu mencakup mulai dari isyarat tangan, isyarat mata, posisi tubuh hingga jarak yang dibangun antara dua orang yang berbicara.

Dengan demikian, kita bisa menyatakan, bahasa tubuh merupakan bagian dari komunikasi nonverbal. Dalam ungkapan yang lebih populer, bahasa tubuh merupakan komunikasi nonverbal, namun tidak semua nonverbal menggunakan bahasa tubuh. Oleh karena bisa saja komunikasi nonverbal itu menyampaikan pesan melalui warna dinding rumah, pakaian seragam yang digunakan atu merek dan jenis mobil yang dipilih.

B. FUNGSI KOMUNIKASI NONVERBAL

Jandt (1998:100-101) menyebutkan beberapa fungsi komunikasi nonverbal dalam komunikasi manusia, yaitu sebagai berikut.

1. Menggantikan pesan lisan, yang biasanya dilakukan bila situasi tak memungkinkan untuk menyampaikan pesan lisan. Misalnya, dalam kebisingan saat menyaksikan konser musik maka orang berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat.

2. Menyampaikan pesan-pesan yang enak disampaikan secara lisan, adakalanya kita merasa sulit untuk mengungkapkan sesuatu dengan kata-kata dan merasa lebih nyaman menyampaikannya dengan menggunakan isyarat tanpa merasa menyinggung perasaan atau mempermalukan. Misalnya, sepasang ABG yang jatuh cinta merasa malu untuk menyatakan rasa cintanya secara verbal, namun mereka lebih mengungkapkannya dengan pandangan mata atau keadaan fisik.

3. Membentuk kesan yang mengarahkan komunikasi, ada saatnya kita mengelola kesan orang lain terhadap diri kita melalui pesan nonverbal. Misalnya, saat melamar kerja pada saat diwawancara kita mengenakan pakaian yang serapi dan sesopan mungkin.

4. Memperjelas relasi, mengingat pesan komunikasi itu mengandung isi dan informasi tentang relasi. Isi berkaitan dengan pokok yang disampaikan dalam pesan. Informasi relasi terkait dengan relasi di antara pihak-pihak yang berkomunikasi. Begitu informasi relasi sulit diumgkapkan secara verbal maka komunikasi nonverbal yang mengambil alihnya. Misalnya, untuk menunjukan ”akulah yang paling berkuasa disini” dengan menggenakan pakaian kebesaran atau simbol-simbol kekuasaan seperti jenjang kepangkatan.

5. Mengatur interaksi, ini terjadi, misalnya manakala kita terlibat dalam percakapan antarpribadi. Lawan bicara kita terus saja berbicara sehingga sepertinya tak memberikan kesempatan pada kita untuk berbicara. Kita mengangkat tangan yang menunjukan kita meminta waktu dan kesempatan unutk berbicara.

6. Memperkuat dan memodifikasi pesan-pesan verbal, isyarat-isyarat nonverbal dapat menjadi mata pesan yang mempengaruhi penyandibalikan (decoding) pesan. Misalnya, apabila kita menceritakan terjadinya tabrakan kereta api, kita menggunakan tangan kanan dan tangan kiri untuk menggambarkan tabrakan itu.

Komunikasi NOnverbal


      Sedangkan Wood (1994:152-155) menyebut ada 3 (tiga) fungsi komunikasi nonverbal, yaitu:
komunikasi nonverbal melengkapi komunikasi verbal;
komunikasi nonverbal mengatur interaksi;
komunikasi nonverbal membangun relasi tingkatan makna, yang pada dasarnya terdiri dari tiga dimensi-dimensi primer relasi tingkat makna, yaitu responsivitas, menunjukan suka-tidak suka, dan kekuasaan atau kontrol.

Dengan fungsi-fungsinya seperti sudah kita bahas tadi maka jelas komunikasi nonverbal merupakan salah satu bagian penting komunikasi manusia. Hubungan antara komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal berdasarkan fungsi-fungsi di atas, bisa menggantikan komunikasi verbal. Namun, yang terasa lebih banyak adalah saling menguatkan dan saling melengkapi antara komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Pesan-pesan yang disampaikan secara verbal diperkuat dan dilengkapi dengan pesan-pesan nonverbal. Sebagai contoh, perhatikan sajalah peminta-minta di jalan yang cara bicaranya memelas, berpakian lusuh, posisi badan membungkuk dan tangan dijulurkan sambil berbicara, ”Kasihaaaan, pak” atau ”kasihaaaaaaan, bu”.

Komunikasi verbal digantikan komunikasi nonverbal yang paling mudah kita temukan adalah rambu lalu lintas. Bisa dibayangkan apabila pak polisi harus menyampaikan secara verbal bahwa di ruas jalan ini kendaraan dilarang parkir, di lajur sebelah sana kendaraan dilarang berhenti. Kita tentunya akan membutuhkan sangat banyak polisi lalu lintas karena menyampaikan pesan-pesan seperti kepada pengguna jalan raya atau kalau rambu lalu-lintas tersebut bukan dalam bentuk komunikasi nonverbal melaikankan komunikasi verbal maka akan sangat besar ukurannya karena harus memuat tulisan yang cukup panjang dan berukuran besar agar bisa terbaca oleh pengguna jalan raya, seperti penunjuk arah tempat di jalan.

Catatan Kuliah : Komunikasi Depan Umum


Komunikasi Depan Umum

          Berbicara didepan publik/umum merupakan kegiatan yang pada dasarnya dilakukan dalam rangka komunikasi. Pembicara memiliki ide yang dapat berupa pengetahuan, pengalaman, cita-cita, keinginan, perasaan, dan sebagainya itu akan disampaikan kepada publik. Bagaimana cara menyampaikannya?
Pembicara menyajikan idenya mempergunakan kode, tanda atau lambing. Kode utama yang diperlukan pembicara adalah bahasa. Bahasa yang disusun begitu rupa untuk untuk menyampaikan ide ini biasa disebut wacana. Karena pembicara ingin menyampaikan idenya secara langsung kepada publiknya. Wujud wacananya adalah wacana lisan. Publik mendengarkan wacana lisan pembicara serta menyaksikan ekspresi wajah, gerak anggota tubuh, dan penampilan pembicara.publik aktif menafsirkan ide yang ingin disampaikan pembicara dengan mempergunakan wacana lisan dan seluruh ekspresinya itu.
       Apa tujuan utama orang berbicara di depan umum? Tujuan orang berbicara didepan umum adalah agar umum memiliki ide seperti yang dimiliki pembicara. Dengan kata lain, tercipta kebersamaan dalam ide. Pembicara dan publik sama-sama memiliki ide yang sama.
       Untuk memulai berbicara didepan forum umum, ada 4 faktor yang harus dimiliki oleh seorang pembicara , yaitu :
Percaya Diri, jika seorang pembicara tidak percaya diri maka akan sulit baginya untuk menyampaikan ide dan gagasan yang ada didalam pikirannya. Hal ini disebabkan hatinya sudah diliputi rasa grogi,malu atau takut sehingga bingung harus menyampaikan apa dan tidak tahu dari manakah untuk memulai presentasinya.
Kejelasan Suara, gunakan suara yang dapat didengar jelas oleh audien (pendengar). Volume suara cukup sedang2 saja dan jangan menggunakan istilah2 yang sulit dimengerti oleh audien karena tingkat pengetahuan dari masing2 audien tidak sama. Penggunaan istilah2 umum mungkin akan sangat membantu para audien memahami apa yang kita sampaikan.
Ekspresi/Gerak Mimik, seorang pembicara juga merupakan seorang aktor dihadapan audiennya. Penggunaan ekspresi yang tepat sesuai tema pembicaraan kita akan dapat membuat audien menjadi lebih semangat untuk mengikuti setiap detil pembicaraan kita dan terhindar dari kantuk akibat kebosanan melihat cara berbicara kita.
Kelancaran Komunikasi, agar audien dapat menangkap maksud penyampaian pembicara maka cara menyampaikan haruslah lancar dan terunut dengan baik.
Kiat-kiat berbicara di depan umum:
Menguasai medan dan mengetahui siapa calon pendengar terlebih dahulu sehingga dapat menyusun strategi agar mereka dapat antusias sewaktu kita mulai berbicara.
Gunakan tema pembicaraan yang sesuai dengan tingkat kemampuan daya tangkap pendengar/audien sehingga mereka tidak menjadi bosan dan kemudian mengabaikan pembicaraan kita. Audien cenderung bosan dan mengobrol atau mengantuk ketika pembicara menyampaikan materi yang tidak bisa ditangkapnya.
Menggunakan pilihan kosakata yang mudah dimengerti dan dipahami oleh pendengar agar tidak terjadi salah komunikasi.
Jika terjadi gangguan psikologis, sebaiknya alihkan perhatian kita dengan cara memegang sesuatu atau menggunakan media sehingga rasa stress/kuatir dapat kita alirkan ke media tersebut sehingga tidak mengganggu konsentrasi sewaktu berbicara.
Berani memulai berbicara dan berusahalah mencari celah untuk menarik antusiaisme audien guna menghidupkan suasana komunikasi kita.
Sebagai pembicara kita harus tenang untuk menghindari alur berpikir yang melompat-lompat / cerita yang tidak runtut sehingga dapat membuat pembicaraan kita terlihat tidak tentu arahnya.
Beri penekanan pada topik yang menjadi tujuan kegiatan berbicara tersebut dengan cara menyampaikan suatu kalimat secara berulang-2 secara tepat sehingga tidak terkesan mendikte audien.
Siap Sebelum Bicara 
       Ada 6 hal yang perlu dipersiapkan dalam berbicara efektif, yaitu: mengapa, siapa, di mana, kapan, apa dan bagaimana.

1. Mengapa: Menetapkan Sasaran 
       Hal pertama yang harus jelas dalam pikiran Anda sebagai pembicara adalah menetapkan sasaran pembicaraan. Penetapan sasaran sangat membantu dalam menentukan arah pembicaraan dan juga bermanfaat dalam memilih bahan yang sesuai dengan sasaran. Pada umumnya sasaran pembicaraan dapat dikelompokkan berdasarkan tujuan, misalnya presentasi tugas, memimpin rapat, mengisi kajian, dan sebagainya.

2. Siapa: Pendengar
       Meneliti apa dan siapa pendengar dapat membantu dalam menetapkan bahan yang akan disampaikan dan meyakinkan diri Anda bahwa Anda menyampaikan bahan pembicaraan kepada pendengar yang tepat.
Hal yang perlu diketahui dari sidang pendengar antara lain : 
Berapa banyak orang yang hadir? 
Mengapa mereka hadir di ruang tersebut? 
Bagaimana tingkat pengetahuan yang mereka miliki atas topik pembicaraan? 
Apa harapan mereka atas topik pembicaraan? 
Bagaimana usia, pendidikan, dan jenis kelamin mereka?

3. Di Mana: Tempat dan Sarana 
       Penting bagi Anda untuk mengetahui dan memperhatikan tempat pembicaraan akan dilaksanakan.
Berikut ini beberapa hal yang perlu menjadi perhatian bagi pembicara : 
Melakukan praktek : Apabila pembicaraan dilaksanakan pada ruang yang besar dan luas, maka akan lebih baik untuk mencoba suara terlebih dahulu, sebelum betul-betul berbicara di depan sidang pendengar. 
Mempelajari sarana yang tersedia : Sangat bermanfaat, bila Anda lebih dahulu melakukan latihan untuk dapat mengoperasikan tombol-tombol lampu, slide projector, dan OHP (Over Head Projector). 
Meneliti gangguan yang mungkin timbul : Anda perlu mewaspadai gangguan yang mungkin timbul, misalnya pembicaraan dilakukan dekat jalan raya sehingga suaramu harus dapat mengalahkan suara kendaraan yang lewat.
Tata letak tempat duduk : Tata letak tempat duduk perlu diperhatikan, diatur, dipersiapkan, dan dikaitkan dengan sasaran pembicaraan.

4. Kapan: Waktu 
       Berapa lama waktu yang diperlukan dalam pembicaraan? Anda perlu memperhatikan manajemen waktu. 
Waktu penyelenggaraan sangat mempengaruhi : Biasanya, waktu sesudah makan siang dikenal sebagai waktu ‘kuburan’. Pendengar yang sudah makan kenyang, apalagi jika makanan yang disajikan enak rasanya, akan membuat pendengar lebih tertarik untuk ‘berngantuk ria’ daripada mendengarkan pembicaraan. 
Berapa lama waktu yang digunakan : Anda perlu memperhatikan waktu, misalnya waktu untuk pembahasan, waktu istirahat, atau waktu tanya jawab. Agar punya manajemen waktu yang baik, maka perlu latihan terlebih dulu. 
Masalah konsentrasi : Sangat sulit bagi pendengar untuk berkonsentrasi penuh selama lebih dari 2 jam. Apalagi bila mereka merasa bahwa pembicaraan Anda tidak menarik, tidak bermanfaat, dan tidak berminat. Umumnya seseorang dapat berkonsentrasi penuh pada 20 menit di awal pembicaraan, setelah itu konsentrasi akan menurun sedikit demi sedikit.

5. Apa: Bahan yang Akan Digunakan 
       Agar sasaran pembicaraan dapat dicapai, maka persiapan bahan perlu dilakukan. Berikut ini beberapa saran dalam pemilihan bahan: 
Menyusun dan memilih bahan 
Gunakan contoh 
Membuka dan menutup pembicaraan 
Membuat catatan-catatan apa yang ingin dibicarakan. 
6. Bagaimana: Teknik Penyampaian 
       Penggunaan kata merupakan basis komunikasi, tetapi dalam kenyataannya keberhasilan dalam pembicaraan tidak hanya ditentukan dari penggunaan kata saja, tetapi justru penggunaan nonkata. Bicara di depan umum yang berhasil seharusnya memenuhi persentase kontribusi sebagai berikut : 
7%: penggunaan kata 
38%: penggunaan nada dan suara 
55%: penggunaan ekspresi muka, bahasa tubuh, dan gerakan tubuh 
      1. Pemilihan kata 
       Kata-kata yang digunakan sebaiknya disesuaikan dengan taraf pendengar, begitu juga penggunaan istilah. Sadari bahwa penggunaan kata-kata yang tidak tepat akan menimbulkan masalah. 
      2. Teknik penyampaian berita 
       Tidak banyak orang yang mampu menyampaikan berita dengan efektif. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyampaikan berita, antara lain: 
Gunakan ekspresi dan intonasi yang tepat. 
Diam sejenak untuk membantu peserta agar dapat mencerna materi yang sudah diterima. 
Bicara dengan jelas dan teratur. 
Bicara dengan volume memadai. 
      3. Bahasa tubuh 
       Di samping penyampaian dengan menggunakan kata, maka kesuksesan dalam pembicaraan justru bergantung pada hal yang non kata, seperti: gerakan tubuh, tangan, kontak mata, cara berdiri, dan ekspresi muka. Jangan terpaku di satu tempat seperti patung atau sibuk membaca catatan.

Berikut ini beberapa saran untuk mengatasi masalah tersebut, antara lain :
Tatap mata pendengar -> Kontak mata pembicara adalah vital untuk mengetahui apakah pendengar mengantuk, bosan, tidak paham, atau nampak tidak tertarik serta untuk mempertahankan minat pendengar atas apa yang Anda sampaikan. 
Senyum -> Manfaat dari tersenyum adalah mengendorkan ketegangan. 
Hindari membuat jarak -> Anda perlu mendekatkan diri dengan pendengar. Kalau Anda bicara di depan kelas yang pesertanya duduk, Anda bisa jalan-jalan di antara meja mereka. Berdiri di belakang meja atau di belakang papan tulis akan menciptakan jarak dengan pendengar. 
Berdirilah yang tegak tapi tidak kaku -> Berdiri tegak dan kaku, dapat menciptakan ketegangan. 
Sadari kecenderungan untuk jadi pusat perhatian -> Ini tidak berarti pembicara harus berdiri dengan kaku, tapi gerakan-gerakan tangan perlu ada untuk yang ingin disampaikan. Hindari berlebihan menggunakan gerakan, hindari juga mengulang kata-kata yang sama. 
Berusahalah sewajar mungkin -> Agar bisa bertingkah laku secara wajar, berhentilah untuk mencemaskan diri sendiri. Cara yang efektif untuk bisa menjadi wajar adalah dengan latihan bicara di depan kamera sehingga pembicara dapat melihat diri sendiri atau bicara di depan teman-teman.
Meningkatkan Kualitas 
Banyak cara yang dapat digunakan dalam rangka menghidupkan suasana pembicaraan, apalagi bila waktu bicara cukup panjang. Beberapa cara yang dapat Anda gunakan antara lain: 
1. Partisipasi sidang pendengar 
2. Sesi untuk tanya jawab 
3. Antusiasme 
4. Situasi yang menyenangkan  
5. Pendengar yang ‘sulit’ 
6. Gunakan alat bantu 

Hambatan dalam komunikasi di depan umum

a) Tipe kelinci

Persoalan diri sendiri yang pertama-tama harus didobrak adalah bersikap seperti kelinci, yaitu menolak kesempatan untuk tampil. Kelinci akan lari sebelum berhadapan dengan musuhnya. Jika tidak mendobrak sikap ini, rasa takut akan terus menghantui. Tidak berani menampilkan diri dengan berbagai dalih tidak mengatasi persoalan, justru member persoalan.

b) Belum terbiasa

Jika rasa takut teratasi dan telah tampil didepan umum, masalah berikutnya membiasakan diri tampil depan umum. Tampil lagi, tampil lagi, tampil lagi, dan tampil kesekian kalinya akan membebaskan dari rasa takut. Selanjutnya akan merasa tenang dan aman.

c) Kurang persiapan

Secakap apapun seorang pembicara, jika kurang persiapannya jangan diharapakan dia tampil optimal. Sebaliknya, seorang pemula yang menyiapkan diri secara sungguh-sungguh penampilannya akan berhasil.

d) Kondisi tidak sehat

Pembicara amatir biasanya tidak menjaga kesehatan dirinya. Apa yang terjadi? Sewaktu akan tampil bisa jatuh sakit. Dia bisa tidak jadi tampil. Jelas ini tidak professional. Seorang pembicara harus memelihara kesehatan dirinya: badannya, jiwanya, dan pribadinya secara utuh. Agar badan sehat orang perlu makan cukup, istirahat, tidur dan berolahraga teratur.

e) Motivasi tidak kuat

Berkali-kali tampil , tetapi tanpa motivasi yang kuat tidak akan banyak hasilnya. Apalagi tampil seperti anak domba yang diseret ke kandang. Asal melaksanakan tugas. Berhasil atau tidak, tidaklah penting. Yang penting perintah dilaksanakan. Seorang pembicara memerlukan motivasi. Ada banyak motivasi yang dapat mendorong seseorang tampil sebagai pembicara, namun tidak semua motivasi itu kuat. Beberapa motivasi tersebut antara lain: menarik perhatian, mencari nama, memperebut kedudukan, mencari uang, dan sebagainya. Sedangkan motivasi yang sehat dan tahak uji antara lain cinata sesama, cinta nusa dan bangsa, dan cinta kepada tuhan. Pembicara yang tampil dengan motivasi yang kuat pada umumnya akan bekerja dengan sungguh-sungguh dan tidak putus asa apabila gagal.

f) Menyia-nyiakan kan bakat khusus

Tidak melatih bakat yang dimiliki, padahal jika potensi ini digali bisa menjadi suatu keberhasilan bagi orang tersebut.